WJES Ungkap Kendala Kawasan Rebana Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Jabar
Djulius menambahkan, hasil tersebut justru menjadi tantangan tersendiri. Katanya, apabila investasi besar membludak di sana, maka perlu ada uaoya untuk memunculkan inklusifitas di kawasan Rebana.
Apalagi, pemerintah bermaksud hendak mengejar pertumbuhan yang inklusif.
"Ekonomi inklusif kan lawannya ekslusif. Jadi inklusif itu inginnya tuh yang besar tumbuh, yang kecil pun tumbuh. Jadi tujuan penelitian kedua ingin mengetahui apakah entitas bisnis yang kecil disana itu bisa disandingkan dengan usaha besar," jelasnya.
Lebih lanjut, dari sisi makro, Djulius menuturkan, dalam pemanfataan SDM di pengembangan wilayah Metropolitan Rebana masih terdapat ketidakcocokan.
Hal tersebut terlihat dari kualifikasi sumber daya manusia yang diharapkan industri besar tidak cocok dengan kualifikasi angkatan kerja yang tersedia.
Ia mencontohkan, di wilayah Subang rata-rata lama sekolah penduduk mencapai 7,2 tahun, di Cirebon 10,3 tahun. Jika melihat angka tersebut maka sebagian penduduk tidak lulus SMP dan tidak lulus SMA.
"Bagaimana mereka bisa mengisi peluang employment disana. Sedangkan yang dibutuhkan setidaknya diploma 1, 2 dan 3 atau SMA. Perlu ada upaya bersama untuk mengurangi gap ini," jelasnya.
Ia menambahkan, hasil kajian juga menunjukkan, kinerja usaha UMKM di wilayah tersebut masih belum optimal.
Tim ahli dari WJES mengungkapkan kendala Kawasan Metropolitan Rebana sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Jabar. Simak penjelasannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News