Arah Transisi Energi Indonesia

Di dalam kesepakatan itu, PLTU Cirebon-1 akan mengakhiri operasionalnya pada Desember 2035 atau tujuh tahun lebih cepat dari jadwal sebelumnya, yakni Juli 2042.
Kesepakatan itu tentu patut disambut positif semua pihak, apalagi sektor ketenagalistrikan.
Mengutip hasil penelitian Institute for Essential Services Reform (IESR) pada 2022, menyumbang 40% dari total emisi sektor energi yang mencapai 600 juta ton.
Namun demikian, pemerintah harus memastikan program itu tidak menurunkan keandalan sistem kelistrikan di tanah air.
Tidak hanya itu, program tersebut juga jangan sampai berimbas kepada para pekerja hingga pengusaha yang selama ini bergantung kepada bisnis PLTU.
Apalagi bukan hanya PLTU Cirebon-1 yang akan dipensiunkan, melainkan ada PLTU Pelabuhan Ratu. Dana yang dibutuhkan pun tidak sedikit, yaitu Rp 25 triliun, masing-masing Rp 13 triliun untuk PLTU Cirebon-1 dan Rp 12 triliun untuk PLTU Pelabuhan Ratu.
Sekadar gambaran, Kementerian ESDM pernah mengungkapkan 33 PLTU batu bara akan dipensiunkan dengan total kapasitas 16,8 gigawatt. Sebagai awalan, 5,52 GW PLTU akan dipensiunkan hingga 2030.
Arah JETP
Board Advisor BincangEnergi, Hafif Assaf buka suara soal arah transisi energi Indonesia di mata dunia. Begini penjelasan Hafif selengkapnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News