Konflik Rektorat dan SBM ITB, Sudarso Ingatkan Hal Ini ke Rektor Reini
jabar.jpnn.com, BANDUNG - Konflik antara SBM ITB dan rektorat kampus masih belum menemukan titik terang. Rektor ITB Reini Wirahadikusumah diminta untuk mengingat kembali pernyataannya yang menyetujui otonomi bagi SBM ITB saat debat calon Rektor, di akhir tahun 2019.
Pendiri SBM ITB Sudarso Kaderi Wiryono mengatakan, saat debat calon Rektor, Reini menyetujui soal swakelola SBM. Bahkan, Reini meminta otonomi sejenis juga diterapkan di sekolah atau fakultas lain di ITB.
Sudarso menambahkan, kala itu Reini menilai apa yang didapatkan pendidik dan tenaga kependidikan SBM ITB setimpal dengan upaya besar yang diberikan untuk mahasiswa. Oleh karena itu, Sudarso menilai tepat jika Rektor memberikan otonomi kepada SBM ITB.
“Anggaran pengembangan dan operasional untuk mempertahankan standar internasional SBM pun harus tetap mengacu pada kesepakatan sebelumnya,” kata Sudarso dalam keterangan resminya, Senin (14/3).
“Otonomi memberikan keleluasaan untuk masing-masing fakultas dan sekolah bisa lebih inovatif, dan lincah dalam mengembangkan diri. Oleh karenanya, di lingkungan intelektual yang dinamis dan heterogen seperti di ITB, sentralisasi sudah tidak relevan,” sambungnya.
Sudarso menambahkan, di tahun 2003 Rektor ITB Kusmayanto Kadiman, sudah memiliki pemikiran yang jauh ke depan dan melihat pentingnya mendirikan sekolah bisnis dan manajeman yang dapat memberi nilai tambah bagi ITB.
Agar SBM ITB dapat berkembang lebih cepat dengan kualitas kelas dunia, maka Rektor ITB saat itu memberikan keleluasaan (otonomi) dan fleksibilitas kepada SBM ITB.
“Dengan adanya otonomi, para pendiri, dosen, dan tendik SBM ITB bisa secara inovatif dan gesit mendirikan dan mengelola SBM ITB, sehingga pada usia ke-18 mendapatkan akreditasi internasional AACSB,” tuturnya.
Rektor ITB Reini WIrahadikusumah disebut pernah menyetujui soal swakelola SBM ITB saat debat Rektor ITB di akhir tahun 2019.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News