Larangan Jualan Thrifting Tanpa Solusi, Ribuan Pedagang Pasar Cimol Gedebage Gigit Jari
Karena harga yang murah ini lah, banyak masyarakat yang gemar berbelanja thrifting ke sini. Sekalipun baju bekas, namun kualitasnya tak kalah dengan yang baru.
“Penjualan enggak tentu. Zaman sebelum Covid-19 clothingan di Bandung paling melejit, nah pas Covid sekarang thrifting,” ujarnya.
Ia pun menyesalkan, karena larangan berjualan thrifting ini tidak ada sosialisasi dari pemerintah. Kebijakan ini dibuat tanpa solusi untuk para pedagang yang terdampak.
“Kalau ditutup ini menyesalkan karena ini nanti biaya rumah dan pendidikan anak juga terganggu. Kemudian, belum ada larangan langsung mendadak saja, ini pedagang kaget karena puluhan tahun ke belakang tidak ada kendala,” jelasnya.
Lebih lanjut, Deded berharap pemerintah bisa merevisi kebijakan larangan bisnis thrifting. Sebab, ada banyak perut yang bergantung pada penjualan baju bekas impor.
Apalagi pedagang-pedagang di Pasar Cimol Gedebage didominasi para perantau dari luar pulau yang mengais rezekinya di Bandung.
“Pernah ditutup karena Covid-19 ini sampai dua minggu kami ikuti, kalau ini dtutup lagi kan menutu perekonomian. Kami ini menafkahi keluarga dari sini, jual beli untuk keluarga kami. Intinya keberlangsungan hidup keluarga kami, kalau dihilangkan sayang sekali,” ungkapnya. (mcr27/jpnn)
Deded (43), salah satu pedagang thrifting di Pasar Cimol Gedebage berbagi kisahnya soal bisnis thrifting yang menghidupi dia dan keluarganya.
Redaktur : Ridwan Abdul Malik
Reporter : Nur Fidhiah Sabrina
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News