Kepala Bapenda Jabar Ajak Pengelola Pendapatan Bisa Beradaptasi dan Siap Hadapi Tantangan
“Solusi itu harus dicari. Pengetahuan dan inovasi teknologi juga harus terus dilakukan agar pelayanan kepada Masyarakat tetap baik. Ketimpangan pendapatan maupun integrasi data harus terus berjalan,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Ia meminta kekompakan para pengelola se-Jawa Barat terus menguat dan bisa merealisasikan pendapatan Rp35 triliun untuk tahun 2024. Dedi pun mengapresiasi kinerja yang selama ini sudah dilakukan.
Di tempat yang sama, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Peraaturan dan Penegakan Hukum Pajak Iwan Djuniardi menyampaikan hal serupa mengenai pentingnya kesiapan menjemput potensi dan tantangan.
“Pandemi itu bukan berarti tidak akan berulang, berarti kami harus prefer. Kejadian kemarin pandemi membuat PAD turun, kenapa? restoran pada tutup, bukannya makanan turun. Kedua, geopolitik. Geopolitik perang antara Rusia dan Ukraina, kemudian antara Israel dan Palestina, mau ga mau akan mempengaruhi suplai, itu pasti harga mahal, bisa inflasi dan sebagainya, makanya kita harus pintar,” jelas dia.
Semua sebab akibat yang terjadi harus bisa ditangkap dengan baik agar saat mendapat peluang atau bahkan tantangan, solusinya bisa segera didapatkan.
Ia pun mengingatkan pentingnya pemanfaatan teknologi yang berkembang cepat. Jangan sampai pemerintah tidak bisa mengejarnya.
Iwan meniliai, Jabar sebagai provinsi terbesar harus terus meningkatkan penerimaan potensi daerah.
Pajak konsumsi pasti naik, namun, yang harus dijaga adalah jangan sampai potensi besar konsumennya ini tidak tercukupi suplai kebutuhannya. Kuncinya adalah ditingkatkannya daya saing, stimulus usaha-usaha yang memang menggunakan teknologi.
Kepala Badan Pendapatan (Bapenda) Jawa Barat Dedi Taufik menilai visi jangka panjang sangat penting dalam pengelolaan pendapatan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News