Peneliti Unpad: Sistem Biproduksi Selamatkan Ekosistem Lingkungan di Tahun 2050
Susanti berusaha menguak permasalahan tersebut dengan mengumpulkan langsung data-data primer dari lapangan.
Harapannya, hasil penelitian itu bisa menghasilkan model sisem bioproduksi yang tepat dan bisa diterapkan di tiap wilayah guna memulihkan layanan ekosistem dalam negeri sekiranya untuk tahun 2050.
“Nah, kami itu ingin membuat model atau prediksi sebenarnya nanti tuh sekitar tahun 2050, sistem bioproduksi apa sih yang masih memungkinkan ada. Kalau kami masih seperti sekarang nih pengelolaannya seperti sekarang kondisinya, di mana pembangunan infrastuktur semakin banyak, perubahan tata guna lahan semakin banyak, apakah 2050 kita masih bisa makan?,” kata Susanti, Kamis (7/12).
Susanti menjelaskan, terdapat dua sistem bioproduksi yang kemungkinan dapat diterapkan di masa mendatang untuk menyelamatkan ekosistem lingkungan.
Pertama, ada sistem bioproduksi tradisional. Kata Susanti, sistem yang satu ini berkembang pada suatu wilayah tertentu dan diajarkan secara turun temurun berdasarkan pengalaman leluhurnya untuk melakukan praktik-praktik bioproduksi.
“Sistem yang satu ini sering kali berakar dari produksi tanaman, peternakan, perikanan, atau hutan yang bersifat subsisten dan dicirikan oleh produksinya yang menjangkau wilayah lokal dan dikonsumsi secara lokal untuk sehari-hari,” ujarnya.
Sementara itu, sistem bioproduksi modern biasanya diperkenalkan dari luar wilayah.
Misalnya, produksi tanaman yang diolah secara modern kerap juga didatangkan dari luar daerah dengan praktik budidaya menggunakan metode monokultur, lebih mengutamakan teknologi, terdapat unsur globalisasi, modernisasi, dan komersialisasi.
Peneliti Unpad Susanti Withaningsih memaparkan pengembangan riset seputar bioproduksi berkelanjutan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News