Nekat Berhenti Kuliah Ikut Program Petani Milenial, Pemuda Ini Justru Terlilit Utang

Ia menjelaskan, panen yang kedua hasilnya jauh lebih besar yakni 5.540 tanaman. Per tanamannya dihargai Rp 50.000.

Tetapi bukannya untung, mereka justru buntung alias tidak mendapatkan uang sepeserpun.

“Hasil panen kedua itu meningkat menjadi 5.540 tanaman, per tanaman itu Rp 50.000, dikalikan saja. Tetapi sayang, kami tidak dapat uangnya, dan 18 Maret 2022 dilaksanakan rapat evaluasi pascapanen. Hasilnya apa? Nihil, kami tidak mendapatkan apapun karena uangnya pun masih gaib. Sepulang rapat, ada salah satu teman kami yang ingin mengundurkan diri saking jengkelnya,” ungkapnya.

Puncak kekecewaan Rizky dan teman-temannya terjadi pada 21 Juli 2022. Dalam sebuah rapat evaluasi, CV Minaqu Indonesia selaku offtaker memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak yang berakhir di tanggal 28 Juli 2022.

Setidaknya, masih ada 6.000 tanaman hias yang masih belum terjual dalam rapat evaluasi itu.

“Awal Juli itu panen ke-4 atau yang terakhir sebelum kontrak habis, tanggal 21 Juli evaluasi program sekaligus membicarakan kontrak kami yang akan segera berakhir. Di sini benar-benar puncak komedi, offtaker memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak,” ungkapnya.

Pihaknya pun kemudian meminta perpanjangan kontrak agar sisa panen bisa terjual. Selain itu, mereka juga menyebut bahwa sudah kehilangan waktu selama 4 bulan atas keterlambatan pengiriman.

"Kami meminta perpanjangan kontrak ini dengan alasan waktu kami telah hilang selama 4 bulan akibat keterlambatan pengiriman dan jeleknya kualitas indukan serta tanaman kami pun masih sangat banyak di greenhouse," ujarnya.