Dosen Biokimia IPB Pertanyakan Bukti BPA Galon Guna Ulang Berbahaya Untuk Kesehatan
“Hal itu karena kita juga sebenarnya enggak tahu yang ada di sekeliling kita konsentrasinya berapa. Karena kita enggak tahu kalau enggak dibatasi, bisa saja ada yang nakal yang dengan seenaknya meningkatkan konsentrasinya di dalam kemasan,” tuturnya.
Hanya saja persoalannya, sambung Syaefudin, yang sekarang ada dengan konsentrasi dari data BPOM baru-baru ini adalah konsentrasi dari uji yang di luar tubuh.
“Data BPOM itu kan hasil uji di airnya dan bukan di dalam tubuh. Nah, kami butuh data sebenarnya. Kalau misalnya katanya kadar BPA itu sudah berada di atas 0,6 bpj yang masuk ke dalam air minum, itu kalau dikonsumsi sisanya berapa di dalam tubuh,” ucapnya.
“Itu yang jadi penting. Jangan-jangan sebenarnya enggak masalah, karena pas masuk langsung keluar lagi,” sambung dia.
Kalau sebenarnya konsentrasi BPA sebesar temuan BPOM itu tak bermasalah di dalam tubuh, maka BPOM tidak perlu membuat regulasi baru terkait pelabelan BPA ‘berpotensi mengandung’ pada kemasan galon berbahan Polikarbonat itu.
“Kalau enggak masalah di dalam tubuh kenapa diregulasikan. Yang jadi masalah itu kan ketika masuk di dalam tubuh, dan bukan yang ada di dalam airnya,” ungkapnya.
Perlu diketahui, sebenarnya pengujian terkait BPA ini banyak dilakukan di luar negeri.
Di Eropa misalkan, rata-rata orang terpapar itu hanya sebanyak 0,5 mikrogram per kg, dan itu dianggap kecil bila dibanding batas TDI (Tolerable Daily Intake) di sana.
Kota Dosen Biokimia IPB hasil pengujian yang dilakukan BPOM tak cukup buktikan BPA galon guna llang dapat membahayakan kesehatan. Ini penjelasannya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News