Dua Mata Pisau Gawai dan Ancaman Bagi Generasi Emas Indonesia
Menurut Lina, manusia sebagai makhluk sosial butuh dengan yang namanya interaksi sesama manusia. Pembatasan kegiatan saat wabah menyebar, membuat anak menjadi terkungkung dan berusaha mencari kesenangan atau ‘teman’ dari dunia maya.
“Enggak ada alternatif aktivitas lain, jadi memang apa yang paling mungkin dimafaatkan sebagai hiburan,” tuturnya.
Meski begitu, PJJ dan pembatasan sosial tidak melulu menjadi sebab kecanduan gawai pada anak.
Lina menyebut, mental emosional, psikososial, dan perubahan cara hidup juga menjadi salah satu faktor yang memicu kencanduan gawai pada anak.
“Untuk orang-orang yang dari awal memiliki kecenderungan, ini mengalami masalah mental emosional. Nah, dengan kondisi ini baik itu dari situasi yang berubah, Dia kan perlu beradaptasi dengan cara hidup yang terbaru, termasuk akhirnya bisa mengakses internet lewat ponsel berlebihan sampai akhirnya muncul gangguan mental emosional,” paparnya.
Lina mengisahkan, RSJ Jawa Barat pernah menangani pasien anak kecanduan gawai dengan dampak yang cukup serius. Pasien sampai mengancam akan membunuh orang tuanya dan merusak perabotan di rumah disebabkan larangan menggunakan gawai.
Timbulnya perilaku agresif yang berlebih ini menjadi ciri pertama anak mulai ketergantungan gawai.
Diawali dengan kesempatan dan kebutuhan pembelajaran, sang anak mulai mencari celah untuk menggunakan gawai di luar kepentingan, misalkan bermain gim online.
Fenomena anak kecanduan gawai di masa pandemi Covid-19 merupakan masalah serius dan perlu mendapat perhatian khusus, dari masyarakat hingga pemerintah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News