Dua Mata Pisau Gawai dan Ancaman Bagi Generasi Emas Indonesia
jabar.jpnn.com, BANDUNG - Pandemi Covid-19 di Indonesia, memaksa masyarakat beradaptasi dengan segala pembatasan aktivitas. Tidak hanya bekerja, belajar pun harus diubah dari sistem luring ke daring. Satu hal yang tidak pernah terpikirkan selama ini.
Dunia pendidikan yang kental dengan kegiatan tatap muka dan praktik di lapangan, dalam dua tahun ke belakang harus beralih ke sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring.
Mulai dari pelajar di tingkat sekolah dasar (SD) hingga universitas, memanfaatkan gawai sebagai alat bantu pembelajaran.
Namun, penggunaan gawai ini tak selamanya berdampak positif, khususnya bagi anak. Banyak anak yang menjadi kecanduan akan gawai, karena sulitnya mendapatkan waktu beinteraksi dan bersosial langsung dengan teman sebaya akibat pembatasan sosial.
Akhir Februari 2021, siswa SMP kelas 1 di Subang, Jawa Barat meninggal dunia, penyebabnya diduga kecanduan gim online.
Tidak hanya itu, pasien anak dengan gangguan kecaundyan gawai juga mengalami peningkatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua, Kabupaten Bandung Barat selama pandemi Covid-19.
Dikutip dari situs resmi RSJ Cisarua, pada Januari hingga Desember tahun 2020 silam, sebanyak 8 orang mengalami gangguan kesehatan mental akibat kecanduan gawai, dengan rentang usia 9 hingga 15 tahun. Mereka, terdiri dari tujuh orang laki-laki dan satu orang perempuan.
Kemudian, pada Januari hingga 19 Maret tahun 2021, jumlah anak yang kecanduan gawai mencapai 9 orang dengan rentang usia 13 hingga 16 tahun. Terdiri dari 8 orang laki-laki dan satu orang perempuan.
Fenomena anak kecanduan gawai di masa pandemi Covid-19 merupakan masalah serius dan perlu mendapat perhatian khusus, dari masyarakat hingga pemerintah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News