95 Persen Balita di Pamijahan Konsumsi Kental Manis, Bogor Berpotensi Darurat Gizi Buruk!

“Kenapa (dapat menimbulkan) stunting? karena anak tidak menerima gizi, mikronutrien,” ujar dr. Intan
Ketua Majelis Kesehatan PDA Kabupaten Bogor, Lina Marlina yang terlibat langsung dalam pengumpulan data responden menuturkan, salah satu pemicu kebiasaan konsumsi kental manis oleh balita adalah akses masyarakat terhadap produk.
“Di samping memang masyarakat tidak teredukasi, warung-warung hanya menyediakan produk kental manis. Pemilik warung tahunya itu susu, jadi masyarakat saat datang ke warung mencari susu untuk anak, ya dikasihnya kental manis,"
"Jadi, ini sudah menjadi kesalahan berjamaah, kita tidak bisa hanya menyalahkan ibu atau orang tua yang tidak teredukasi, namun juga lingkungan, dan media sumber informasi masyarakat,” jelas Lina.
Lebih lanjut, Ia berharap temuan kesalahan konsumsi kental manis di Pamijahan dapat segera ditindak lanjuti dengan serius.
Sebab berdasarkan hasil penelitian juga terlihat adanya korelasi antara kebiasaan konsumsi kental manis terhadap kesehatan anak.
Sementara, Pamijahan dan Kabupaten Bogor memiliki persentase penduduk dengan usia produktif yang tinggi.
Catatan BPS tahun 2024, persentase usia produktif kabupaten Bogor sebesar 70,79%. Artinya, ada bonus demografi yang cukup tinggi.
Temuan penelitian di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor menunjukkan, 95% balita telah terpapar kental manis sejak usia 8 bulan
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News