95 Persen Balita di Pamijahan Konsumsi Kental Manis, Bogor Berpotensi Darurat Gizi Buruk!

Hanya saja, jika kelompok ini tidak di edukasi, maka bonus demografi yang kita harapkan akan membangun negeri malah akan menjadi beban karena sedari kecil asupan gizi tidak terpenuhi.
"Kebiasaan konsumsi makanan minuman tinggi gula ini jelas membuat anak rentan terkena penyakit tidak menular, perkembangan otak tidak optimal dan dimasa mendatang memiliki daya saing yang lemah,” jelas Lina.
Sementara itu, Sekjen YAICI, Satria Yudistira mengatakan penelitian yang dilakukan pihaknya bersama UMJ dan PDA Kabupaten Bogor tidak lain sebagai bentuk dukungan dalam pengentasan gizi buruk dan stunting.
Hadirnya penelitian ini, diharapkan mampu menjadi pijakan bagi seluruh pihak untuk menentukan arah kebijakan kesehatan.
Sejak tahun 2018, YAICI telah konsisten berkolaborasi dengan kampus dan akademisi untuk melakukan riset dan penelitian untuk melihat fenomena di masyarakat, bagaimana persepsi masyarakat terhadap kental manis hingga kebiasaan konsumsi kental manis baik pada balita maupun ibu hamil.
"Hal ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi stakeholder untuk mengawal penurunan stunting dan gizi buruk serta perbaikan status gizi anak,” jelas Satria.
Lebih lanjut, Satria memaparkan sejumlah kampus yang telah turut serta berkontribusi terhadap penelitian mengenai kental manis, di antaranya Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Airlangga (UNAIR), dan Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Komitmen tinggi yang ditunjukkan melalui penelitian tersebut bertujuan agar memperkaya literatur dengan penelitian-penelitian yang akan bermanfaat bagi masyarakat. (mar7/jpnn)
Temuan penelitian di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor menunjukkan, 95% balita telah terpapar kental manis sejak usia 8 bulan
Redaktur & Reporter : Yogi Faisal
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News