Pengangguran Jabar dan Harapan yang Belum Padam

Jumat, 10 Januari 2025 – 11:00 WIB
Pengangguran Jabar dan Harapan yang Belum Padam - JPNN.com Jabar
Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Periode 2024-2029 H. Maulana Yusuf Erwinsyah. Foto: Source for JPNN.

Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lain, seperti Jawa Timur dengan 1.165.587 jiwa dan Jawa Tengah dengan 1.080.260 jiwa. Selain itu, menurut data Kementerian Ketenagakerjaan (2024), Jawa Barat juga mencatatkan angka pengangguran putus asa yang tertinggi di Indonesia, yaitu sebanyak 280.567 jiwa.

Apa yang salah? Sebagai provinsi yang memiliki lokasi strategis, akses infrastruktur memadai, dan berdekatan dengan pusat pemerintahan nasional, Jawa Barat seharusnya memiliki banyak peluang ekonomi. Namun, faktanya, dari total 50 juta lebih penduduknya, hampir dua juta jiwa masih menganggur. Ironisnya, ada pula ratusan ribu orang yang masuk kategori "pengangguran putus asa," mereka yang sudah menyerah mencari pekerjaan.

Ekonomi Melemah

Tingginya angka pengangguran ini tidak terlepas dari dinamika pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang fluktuatif dalam tiga tahun terakhir. Pada 2022, ekonomi tumbuh cukup kuat di angka 6,03 persen, kemudian melambat menjadi 5,15 persen di 2023, dan kembali turun ke 4,91 persen di 2024. Meski terlihat melambat, ini bukan berarti perekonomian Jawa Barat kehilangan arah.

Dari sisi produksi, sektor transportasi dan pergudangan menjadi kontributor utama dengan pertumbuhan sebesar 11,87 persen. Hal ini masuk akal, mengingat Jawa Barat merupakan salah satu pusat logistik di Indonesia. Lokasinya yang strategis, dekat dengan Jakarta dan pelabuhan utama, menjadikannya tulang punggung distribusi barang. Tren belanja online yang terus meningkat juga memperkuat sektor ini.

Sementara itu, dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 13,73 persen. Ini menunjukkan bahwa produk-produk unggulan Jawa Barat, seperti tekstil, elektronik, dan otomotif, masih memiliki daya saing yang kuat di pasar internasional.

Namun, fluktuasi pertumbuhan ini juga menunjukkan adanya tantangan yang perlu diantisipasi. Penurunan angka pertumbuhan pada 2023 dan 2024 mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpastian global, penurunan daya beli masyarakat, dan perlunya diversifikasi sektor ekonomi.

Kedzaliman Perusahaan

Provinsi Jawa Barat, dengan segala potensinya, masih berhadapan dengan salah satu tantangan terbesar yaitu pengangguran.
Facebook JPNN.com Jabar Twitter JPNN.com Jabar Pinterest JPNN.com Jabar Linkedin JPNN.com Jabar Flipboard JPNN.com Jabar Line JPNN.com Jabar JPNN.com Jabar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News