Gegara Menjual Rumah, Janda 58 Tahun di Bogor Harus Berjuang Menuntut Keadilan
“Saat itu karena saya tak memiliki uang kas, uang yang diminta MH ditransfer kerekening anaknya bernama Intan, sebab MH tidak memiliki rekening sebesar Rp 45 juta, dan disusul Rp 3 juta secara tunai,” terangnya.
Baca Juga:
Namun, setelah ditunggu cukup lama, sertifikat asli tak kunjung diserahkan ke dirinya, karena masih ada di bank lantaran belum ditebus.
“Saya sudah menagih ke MH soal sertifikat itu, tetapi tak kunjung diberikan. Padahal uang yang sudah saya serahkan ke MH sudah mencapai Rp 158 juta. Jujur saja, saya merasa kena tipu makanya masalah ini dilaporkan ke kepolisian,” tegasnya.
Sementara, MH dalam sidang daring di Lapas Paledang membantah semua keterangan yang disampaikan saksi.
MH mengaku tidak pernah merasa melakukan penipuan. Dia mengatakan, uang yang diberikan saksi untuk pembayaran rumah sudah dibelikan tanah yang lokasinya beda RW.
“Alasan saya membeli tanah itu agar bisa memiliki rumah lagi, di mana anggaran pembangunannya didapatkan dari sisa pembayaran penjualan rumah dari saksi. Tetapi, sayangnya saksi tak kunjung melunasi sisa pembayaran, makanya saya sempat berucap jual beli yang disepakati tahun 2017 lalu dibatalkan,” tuturnya.
Tim Kuasa Hukum MH dari Kantor Hukum Jhon Pieter Simanjuntak, Ricardo Siregar mengatakan MH tak layak untuk dipidana, apalagi sampai di tahan di Lapas Paledang sebagai tahanan titipin.
“Kasus ini sebenarnya bukanlah pidana, tetapi lebih ke perdata. Makanya, kami akan berjuang untuk membebaskan Ibu MH dari segala tuntutan pidana seperti yang dilaporkan pelapor Pak Ajun,” kata Ricardo Siregar.
Karena menjual rumahnya pada 2017 silam, janda berinisial MH (58 tahun) warga Kota Bogor terpaksa harus mendekam di Lapas Paledang Bogor.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News
