Mengenal Sosok Fransiska Octi, Juru Bahasa Isyarat Gereja Katedral Santo Petrus Kota Bandung
Di Gereja Katedral Bandung sendiri hanya dia yang baru menjadi juru bahasa isyarat dengan jumlah umat tuli sebanyak dua orang.
“Di Katedral Bandung baru ada satu juru bahasa, untuk umat ada satu sampai dua orang. Kalau di Bandung Raya ada 15 umat tuli di Keuskupan Bandung,” katanya saat ditemui seusai ibadah Misa Natal di Gereja Katedral St. Petrus, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Minggu (25/12).
Adapun kehadiran juru bicara bahasa isyarat ini diatur sesuai Undang-undang (UU) Nomor 8 Tahun 2016.
“Setiap sarana peribadatan harus disediakan aksebilitas untuk semua disabilitas yang sama-sama punya hak beribadah. Itu harus difasilitasi,” tuturnya.
Dia mengaku bersyukur dan bangga bisa menjadi bagian dari Gereja Katedral Bandung, apalagi pekerjaan mulianya yang membantu para umat tuli.
“Sukanya banyak yang ingin belajar dan ikut belajar juga. Enggak terlalu paham agama, jadinya ikut belajar juga dengan teman-teman,” jelasnya.
Perayaan hari ini pun menjadi natal ke-4 Fransiska di sini.
Sebelumnya, Fransiska sendiri bekerja di Lembaga Pusat Layanan Bahasa Isyarat di Jakarta.
Kisah Fransiska Octi (32), juru bicara bahasa isyarat umat tuli yang beribadah di Gereja Katedral Santo Petrus, Kota Bandung.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News