Penjelasan Lengkap Pengamat Sosial Soal Fenomena 'Citayam Fashion Week'

“Tren metrosentris inilah yang menguasai ruang digital, sehingga menjadi referensi anak muda. Ketika pandemi sudah melandai, mereka kemudian tentu saja ingin mempraktikan apa yang selama ini sudah ada di benak mereka dengan apa yang ada di ruang digital,” ujar Devie.

Baginya, kota memiliki arus informasi paling banyak, arus uang, dan lainnya, sehingga Jakarta menjadi kiblat bagi orang-orang ayang berada di luar Jakarta.

“Dengan demikian, anak-anak muda tentu ingin mengakses kota, mereka mencari tempat yang murah dan mudah. Maka kini munculah istilah ‘Citayam Fashion Week’ di Kota Jakarta,” tutur Devie.

Terlebih, hadirnya pedagang minuman keliling yang disebut ‘starling’ juga mendukung anak remaja tersebut, untuk tetap menongkrong dengan murah.

“Selain transportasi yang murah dan mudah, hadirnya starling juga memfasilitasi mereka tetap bisa menongkrong dan jajan dengan murah,” ujarnya.

Menurutnya, selagi tidak ada hal yang membahayakan dan mengandung unsur kejahatan, fenomena ini tidak perlu dikhawatirkan.

Namun demikian, perlu juga antisipasi dari masyarakat agar konten-konten yang diproduksi para remaja ini tidak melewati batas-batas kewajaran.

“Saat mereka diwawancarai dan diunggah di media sosial dengan aksi pacaran mereka, maka itu bisa diantisipasi bukan dengan mengekangnya, tetapi dengan mengajak mereka berdialog untuk memberikan pemahaman,” tutupnya. (mcr19/jpnn)