HNSI Sukabumi Minta Nelayan Tidak Nekat Melaut Saat Cuaca Buruk
Untuk mengisi kekosongan waktu sembari menunggu cuaca membaik, nelayan lebih memilih memperbaiki alat tangkap ikan seperti jaring maupun kapal.
Salah seorang nelayan Kampung/Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Mamad mengaku sudah hampir tiga bulan dirinya tidak melaut, sehingga kesulitan untuk menafkahi keluarga.
Menyiasati agar tetap mendapatkan penghasilan, dirinya memilih waktu-waktu tertentu atau cuaca sedang baik untuk melaut, namun karena khawatir cuaca di tengah laut tiba-tiba berubah drastis, ia hanya bisa menjaring ikan di dalam Teluk Palabuhanratu, sehingga hasil tangkapan ikan tidak maksimal.
"Beberapa bulan ke belakang saya masih bisa melaut, namun sejak awal tahun hingga saat ini saya belum lagi ke laut untuk mencari ikan karena cuaca tidak bersahabat seperti kerap turun hujan deras disertai angin kencang ditambah gelombang tinggi yang ketinggiannya sekitar tiga sampai empat meter," katanya.
Kondisi seperti ini berakhir pada Februari akhir atau awal Maret. Pasca-cuaca buruk biasanya ikan banyak, maka dari itu untuk mempersiapkan cuaca kembali normal, ia memilih memperbaiki alat tangkapnya.
Untuk kapal motor yang digunakannya yakni jenis Dogol untuk menangkap udang. Adapun biaya untuk membeli bahan bakar minyak jenis solar untuk sekali melaut dari Rp150 ribu sampai Rp500 ribu.
Di sisi lain, ia mengaku sebelum perayaan Natal 2024, dirinya bersama nelayan lain menerima bantuan sembako dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang sangat membantu keluarganya. (antara/jpnn)
DPC HNSI Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengimbau nelayan tidak nekat atau memaksakan diri melaut ketika cuaca buruk seperti kondisi saat ini.
Redaktur & Reporter : Yogi Faisal
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News