Disdik Jabar Mengukuhkan Duta Sekolah Bakti Masagi, Punya Tugas Berantas 3 Isu Pendidikan

jabar.jpnn.com, BANDUNG - Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat mengukuhkan Duta Sekolah Bakti Masagi atau perwakilan sekolah sebagai upaya memperkuat penyebaran nilai-nilai kearifan lokal dan pendidikan karakter Jabar Masagi di lingkungan pendidikan.

Sebanyak 400 peserta dari 200 sekolah yang berasal dari 27 kota/kabupaten se-Jabar dikut dalam kegiatan ‘Pengukuhan Duta Sekolah Bakti Masagi 2024/2025’.

Para duta ini siap menjadi penggerak program Jabar Masagi untuk melestarikan kearifan lokal dan budaya daerah, serta menjadi pelopor terhadap pencegahan tiga isu pendidikan, yakni perundungan atau bullying, kekerasan seksual, dan intoleransi di lingkungan sekolah.

Duta Sekolah Bakti Masagi merupakan perwakilan siswa-siswi terpilih dari berbagai SMA dan SMK di Jabar yang diharapkan bisa menjadi contoh dalam menanamkan pilar Panca Niti Jabar Masagi dan mencegah 3 isu pendidikan mulai dari lingkungan terkecil mereka. 

Jabar Masagi merupakan program unggulan Disdik Jabar  yang bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam setiap aspek pendidikan. Diharapkan mampu mengimplementasikan nilai-nilai luhur Jawa Barat guna menciptakan lingkungan belajar yang berorientasi pada kebahagiaan siswa.

“Memang seharusnya begitu, sekolah sebagai pusat peradaban intinya menciptakan anak-anak kita yang berkarakter. Kecerdasan itu kan nomor sekian, ketika kita sudah membentuk anak-anak yang berkarakter baik, maka saya pikir, nanti dia bisa mengikuti semua proses kehidupannya dengan baik di masyarakat.” ukata Sekretaris Dinas Pendidikan Jawa Barat Deden Saepul Hidayat dalaam keterangannya, Rabu (20/11/2024).

“Mudah-mudahan anak-anak kita betul-betul jadi duta kebaikan bagi teman-temannya, karena tadi sudah berjanji akan menjaga nama baik, disiplin, intinya menjadi khoirunnas anfa’uhum linnas, itu yang saya pikir apresiasi untuk anak-anak kita.” ungkapnya. 

Salah satu peran utama duta sekolah bakti masagi adalah mengatasi tiga isu pendidikan: perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Mereka diharapkan tidak hanya mampu mengidentifikasi dan mencegah situasi tersebut, tetapi juga membangun kesadaran kolektif di kalangan siswa tentang pentingnya solidaritas dan saling menghormati terhadap perbedaan.