Mohammad Idris Canangkan Sekolah Siaga Kependudukan di SMP dan MTs di Kota Depok
“Kasus stunting masih banyak, angka kematian ibu dan anak juga tinggi. Masih banyak penyakit sosial lain yang menjadi tantangan besar, seperti tawuran, bullying, dan fenomena ‘flexing’ di kalangan Gen Z yang cukup memprihatinkan,” terangnya.
Menurutnya, permasalahan sosial yang berkembang saat ini membutuhkan pendekatan pendidikan dan kesadaran dari tingkat remaja.
Program SSK diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan menyadari permasalahan-permasalahan sosial ini sejak dini.
“Melalui program ini, kami mencoba untuk mulai dari 12 sekolah SMP dan MTs agar bisa menjadi pelopor kesadaran kependudukan. Mungkin nanti kita tidak lagi melihat kesuksesan mereka, tapi saya yakin usaha kita ini akan membuahkan hasil yang baik, setidaknya untuk ketahanan keluarga di masa depan,” ungkapnya.
Selain itu, Idris menegaskan pentingnya pemahaman siswa tentang 8 fungsi keluarga yang menjadi pondasi pendidikan kependudukan.
Menurutnya, masalah keluarga bukan hanya terbatas pada isu pernikahan atau perceraian, tetapi juga mencakup pemahaman yang lebih luas tentang peran keluarga dalam membentuk karakter dan ketahanan diri anak.
"Anak-anak harus tahu peran keluarga itu bukan hanya tentang cerai atau kawin, tetapi bagaimana keluarga itu bisa memberikan dukungan dan membentuk karakter yang kuat,” jelasnya.
Dengan menjalankan program SSK, pihaknya ingin memberikan pemahaman komprehensif kepada para siswa mengenai pentingnya fungsi keluarga dalam mendukung kualitas generasi muda.
Wali Kota Depok, Mohammad Idris canangkan program Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) tingkat SMP dan MTs
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News