PB HMI Bahas Prospek Industri Hijau dan Hilirisasi Menuju Indonesia Emas 2045
Bobby juga menyinggung soal tantangan besar adopsi industri 4.0 di Indonesia. Kurangnya talenta digital, integrasi IT yang tidak memadai serta business case yang kurang jelas menjadi masalah utamanya.
"Harapan kita tentu ada pada kader HMI sebagai organisasi besar dengan sebaran SDM yang luar biasa mampu menjawab tantangan ini ke depan," tuturnya.
Senada, Tatok menilai sejumlah isu strategis yang patut didiskusikan lebih dalam mengenai prospek industrialisasi Indonesia ialah tentang strategy battle between state and corporation (R&D) dan natural resources based vs human innovative based.
"Tentang sumber daya berbasis alam dan berbasis inovasi manusia, misalnya. Keduanya merupakan isu startegis yang harus dibijaksanai dengan tepat. Menimbang, tantangan ke depan yang cukup nyata mengenai hal ini," ujarnya.
Di samping itu, komitmen dan konsistensi kemauan politik para penguasa untuk mendorong industrialisasi tanah air juga menjadi penting. Termasuk, juga program pembangunan manusianya, investasi di bidang teknologi hingga mendorong UKM ke level internasional.
Terakhir, menurut M Jusrianto, untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, maka perlu komitmen pemerintah untuk mengimplementasi kebijakan indutri berkelanjutan ramah lingkungan.
"Selain itu, juga harus diperkuat dengan kebijakan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batubara," ucap dia.
Lanjutnya, yang tak kalah penting adalah kebijakan pengembangan ekonomi hijau (green economy) melalui dekarbonisasi sektor industri, dan pembangunan industri hijau untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
PB HMI menggelar Forum Guntur yang mengangkat tema 'Prospek Industrialisasi Menuju Era Indonesia Emas 2045'.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News