Joget Gemoy Ala Prabowo Jadi Sorotan dan Menuai Kritikan
Mereka juga tidak menjadikan joget sebagai strategi branding yang dipertontonkan terus menerus.
"Pada titik itulah joget gemoy Prabowo tampak sangat bermasalah," ucap Reza.
Menurut Reza, Prabowo berjoget terlalu sering. Tanpa musik pula. Dan seperti tak kenal situasi. Saat ditanya hal serius, tanpa jawaban tuntas, Prabowo justru 'menggenapi' jawabannya dengan berjoget.
"Sebagai orang yang mendukung Prabowo pada dua kali Pilpres, saya terpukau oleh kegesitan Prabowo di tahun 2014 dan 2019," ujar Reza.
Namun, sekarang bukan kondisi fisik Prabowo dirisaukannya. Toh, Capres RI nomor urut 2 itu sudah menjalani pemeriksaan di rumah sakit.
Reza menyebut joget berulang tanpa memperhatikan konteks acara, ditambah pernyataan-pernyataan Prabowo yang serba mengambang dan terputus, itulah yang membuat waswas akan satu hal, yaitu executive functioning Prabowo.
"Executive functioning bersangkut paut dengan kesanggupan manusia mengelola informasi lalu membuat keputusan yang solid," ucapnya.
Menurut Reza, joget gemoy ala Prabowo terkesan sebagai bentuk kompensasi, sekaligus pengalihan perhatian audiens, atas menurun jauhnya kemampuan Prabowo berpikir strategis dan tuntas di level tertinggi pejabat negara.
Joget gemoy ala Prabowo Subianto jadi sorotan dan menuai kritikan. Salah satunya dari Sarjana psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Reza Indragiri Amriel.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News