Teruntuk Ridwan Kamil, Soal Polemik Kata ‘Maneh’ Pelajarilah Lirik Lagu ‘Ayang-Ayang Gung’
“Bagaimana kalau maneh dipakai untuk pejabat daerah pemerintah? Kan dari dulu juga sudah biasa. Saya mengutip lagu anak-anak, Ayang-ayang Gung. Di situ ungkapan ‘naha maneh kitu’, kata maneh di situ kan ditunjukkan ke pejabat pemerintah,” tegasnya.
Adapun lagu ‘Ayang-ayang Gung’ memiliki lirik sebagai berikut:
'Ayang-ayanggung, gung goongna rame, menak Ki Mas Tanu, nu jadi wadana, naha manéh kitu, tukang olo-olo, loba anu giruk, ruket jeung Kumpeni, niat jadi pangkat, katon kagorengan, ngantos Kangjeng Dalem, lempa lempi lempong, jalan ka Batawi ngemplong'.
“Jadi buat saya lumrah kalau kata maneh dipakai masyarakat di ruang publik terutama di dalam konteks kritik sosial dan itu pas. Saya kira pas banget,” tuturnya.
Dalam kasus ini, Hawe pun meminta agar Ridwan Kamil sebagai seorang pejabat daerah harus belajar kepada Ki Mas Tanu, sosok fiktif yang ada di penggalan lirik Ayang-ayang Gung.
Katanya, lagu tersebut punya pesan mendalam yang ditujukan memang untuk pejabat seperti Ridwan Kamil.
“Gubernur Ridwan Kamil harus belajar ke sosok Ki Mas Tanu, sosok fiktif di lagu itu. Jangan sampai jadi tukang olo-olo, maunya dibikin senang saja. Atau ruket jeung kumpeni, apa ya, kongkalikong sama korporasi, niat jadi pangkat, katon kagorengan, karena ambisi kekuasaan jadi kesusahan. Belajarlah pada Ki Mas Tanu,” ungkapnya.
Sebelumnya, polemik penggunaan kata ‘maneh’ ramai setelah seorang guru di Cirebon atas nama Muhammad Sabil (34) yang dipecat dari sekolahannya setelah menuliskan komentarnya dalam salah satu unggahan di Instagram Ridwan Kamil.
Budayawan Sunda Hawe Setiawan membedah lirik lagu 'Ayang-ayang Gung' yang menggunakan kata 'maneh' dan diperuntukkan bagi pejabat atau kepala daerah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News