Bapanas Launching Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
PPH merupakan suatu keragaman pangan berdasarkan proporsi keseimbangan energi dari sembilan pokok pangan, dengan mempertimbangkan segi daya terima ketersediaan pangan, ekonomi dan agama.
Dia menyampaikan bahwa sesuai amanat UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, sistem pangan dan gizi harus mulai diintegrasikan dan memiliki peran strategis dalam perencanaan, pemantauan yang sejalan dengan kebijakan tata kelola pangan nasional.
"Tentunya banyak hal yang harus kami lakukan, termasuk di dalamnya bagaimana kami dapat memetakan daerah-daerah rawan pangan dan secara bertahap akan kami selesaikan, agar daerah-daerah rawan pangan itu secara bertahap bisa kembali ke daerah-daerah yang normal pangan," ungkapnya.
Sarwo Edy menjelaskan untuk menangani itu, Bapanas melakukan program kegiatan penganekaragaman pangan, agar ke depan bagaimana kenyang itu tidak harus dengan nasi.
Hal itu karena, IKP tidak terpisahkan dari FSVA yang merupakan indeks yang disusun dengan tujuan untuk mengevaluasi capaian pangan dan gizi di wilayah kabupaten, kota dan provinsi.
Oleh karena itu, Bapanas melakukan pembinaan terhadap UMKM untuk melakukan industri pangan. Mengolah dari bahan baku yang banyak tumbuh di Indonesia dan jadi bahan pangan alternatif, pengganti nasi.
Edy juga menyebutkan tanaman asli Indonesia yang memiliki kandungan karbohidrat ada 71 jenis, itulah yang harus kompak diolah masyarakat untuk mengganti nasi, sehingga energi itu tidak harus nasi, mengingat bahan baku semakin sangat terbatas.
"Tentunya saya mengapresiasi kepada provinsi, kabupaten dan kota yang sudah berprestasi dan sudah mendapatkan penghargaan pada acara ini," kata Sarwo Edy. (antara/jpnn)
Badan Pangan Nasional (Bapanas) meluncurkan peta ketahanan dan kerentanan pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas(FSVA).
Redaktur & Reporter : Yogi Faisal
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News