Soal Pelabelan Kandungan BPA pada Galon, Begini Penjelasan Pakar

jabar.jpnn.com, BANDUNG - Associate Director Climate Policy Initiative & NPAP Behavior Change Task Force Tiza Mafira memberikan pandangannya soal pelabelan kandungan BPA pada kemasan Polikarbonat.

Kata Tiza, Polikarbonat juga banyak digunakan untuk kemasan lain, seperti tupperware dan produk lain yang jumlahnya tak sedikit.

Selain itu, zat kimia lain yang juga mengandung risiko styrine, benzene untuk styrofoam seharusnya juga diungkapkan semua agar konsumen mengetahui dan mendapatkan kejelasannya.

“Jika argumennya adalah ternyata BPA enggak aman, maka seharusnya tidak menyasar hanya satu produk saja karena kan enggak hanya air galon yang pakai polikarbonat. Seharusnya tidak diskriminatif terhadap brand atau produk tertentu,” katanya dalam diskusi publik bertajuk ‘Tata Kelola Penanggulangan Sampah Plastik’ di Jakarta, Selasa (4/10).

Menurutnya, polemik pelabelan ini terjadi karena dihembuskan kabar bahwa ada masalah kesehatan dengan galon ulang. Padahal dia sendiri tak sepakat dengan anggapan kalau reuse atau penggunaan barang daur ulang lebih berisiko dibandingkan single use atau sekali pakai.

“Kalau bicara plastik semuanya sebenarnya semua materi plastik itu ada risiko baik itu single use maupun reuse,” ujarnya.

Dia menyebut, ada banyak isu lain di luar BPA yang juga menjadi polemik di luar negeri. Salah satunya adalah penggunaan wrapping atau pembungkus pada makanan cepat saji yang sempat ramai di Amerika dan Eropa.

Bungkus kertas makanan cepat saji ini juga dilapisi dengan suatu jenis plastik yang mengandung kimia berbahaya.