Pro-Kontra Pengangkatan Ojol Jadi Karyawan Tetap

“Maka, sudah sewajarnya memang pengaturan untuk saat ini paling tepat di bawah Kementerian UMKM. Atas dasar itu pula, bentuk kemitraan tidak boleh seperti tenaga kerja yang mengharuskan bekerja sekian jam dan sebagainya. Aturan juga harus dibuat bersama dengan asosiasi driver dengan konsep setara, termasuk tarif," ucapnya.
Bagi banyak pengemudi, menjadi pekerja tetap tentu memberikan keuntungan berupa jaminan sosial dan pendapatan yang lebih stabil.
Namun, bagi sebagian besar pengemudi, fleksibilitas kerja adalah nilai utama yang mereka nikmati dalam profesi ini. Agus, seorang pengemudi ojol di Jakarta, mengungkapkan,
“Saya memilih menjadi driver ojol karena saya bisa bekerja sesuai dengan waktu saya sendiri. Kalau saya jadi pekerja tetap, saya khawatir akan kehilangan kebebasan ini,” terangnya.
Selain itu, beberapa pengemudi juga khawatir bahwa dengan status pekerja tetap, mereka akan dibebani kewajiban untuk memenuhi target tertentu atau bekerja pada jam-jam tertentu yang bisa mengurangi penghasilan mereka.
“Penghasilan saya seringkali lebih tinggi saat jam sibuk atau di lokasi yang banyak menawarkan penumpang," terang Agus.
Siti, seorang pengemudi ojol di Yogyakarta, juga menyatakan, diriny lebih pilih seperti sekarang bisa narik kapan saja pas saya bisa.
“Jadi bisa antar sekolah dulu, baru jalan onbid. Kalau harus jadi karyawan tetap, saya nggak yakin apa saya terpilih atau malah saya dan ojol-ojol lainnya malah putus mitra dan nggak punya kerjaan pengganti. Ini lebih seram kata saya,” bebernya.
Wacana Ojol akan dijadikan karyawan tetap menjadi perbicangan oleh berbagai pihak. Begini komentar para pengamat soal wacana tersebut.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News