Dari 800 Ton Produksi Sampah Harian Kota Bogor, Baru 20 Persen yang Dikelola Pemkot Dengan Baik

"Kota Bogor menjadi pusat perhatian pada 2023, karena hadir dalam pertemuan di Paris. Dari sana, pemimpin dunia melihat bahwa Indonesia cukup bagus dalam pengelolaan sampahnya, salah satunya Kota Bogor," ujarnya.
Keberadaan WWF di Takesi TPST 3R MBR mendukung beberapa hal terkait aktivitas Capex (Capital Expenditure) dan Opex (Operating Expenditure), antara lain transportasi untuk peningkatan cakupan layanan, pengembangan lembaga, pendampingan, dan pengembangan ekonomi sirkular.
"Program Plastic Smart Cities ini sebenarnya adalah program internasional yang diinisiasi oleh WWF Global, di mana kami memusatkan kegiatan pada kota-kota yang memiliki tujuan yang sama untuk mengurangi kebocoran sampah ke alam," ujarnya.
Di Kota Bogor, WWF tidak hanya bekerja sama dengan Takesi TPST 3R MBR, tetapi juga dengan 9 TPST lainnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (Kadis DLH) Kota Bogor, Denni Wismanto, mengatakan keberadaan Takesi TPST 3R MBR ini merupakan bagian dari upaya bersama antara pemerintah, warga, serta berbagai instansi terkait untuk menangani permasalahan sampah.
"Selama ini polanya adalah kumpulkan, angkut, kemudian bawa ke tempat pengolahan akhir atau TPA. Namun, sejak beberapa tahun lalu, kami mulai melakukan upaya pengolahan sampah dari rumah tangga. Ini terus kami kembangkan dan perluas cakupannya," ujarnya.
Ke depan, konsep TPST 3R MBR ini akan dikembangkan ke 30 lokasi lainnya untuk memperluas cakupan.
Sehingga, target penurunan sampah yang dibawa ke TPA dari semula 20 persen bisa meningkat menjadi 30 hingga 40 persen.
Dari 800 ton sampah harian di Kota Bogor, baru 20 persen saja yang dapat dikelola dengan baik oleh warga dan pemerintah daerah
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News