Kemendiktisaintek Soroti Literasi dan Kebijakan AI di Konvensi ASEAN

Rabu, 05 Maret 2025 – 12:26 WIB
Kemendiktisaintek Soroti Literasi dan Kebijakan AI di Konvensi ASEAN - JPNN.com Jabar
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Stella Christie. Foto: Source for JPNN.

Forum ini mengukuhkan kembali tujuan bersama untuk mewujudkan kawasan ASEAN yang terhubung secara digital dan inklusif, mendorong inovasi dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat.
 
Konvensi kebijakan ini akan turut memenuhi pencapaian Peta Jalan Digital ASEAN 2025 dan Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN (ASEAN Digital Economy Framework Agreement atau DEFA) yang disusun dalam rangka menciptakan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan bagi kawasan ASEAN.

Tidak hanya itu, pertemuan ini juga sejalan dengan Pedoman ASEAN mengenai Tata Kelola dan Etika AI (ASEAN Guide on AI Governance and Ethics), pedoman yang memberikan panduan bagi negara-negara anggota ASEAN terkait penerapan AI dengan menekankan prinsip berkeadilan, transparansi, dan akuntabilitas.
 
Pertemuan kebijakan ini juga merupakan event pertama dari empat event regional dalam program AI Ready ASEAN, juga merupakan kegiatan pertama dari lima kegiatan utama yang meliputi pelatihan bagi pelatih, pendidikan lanjut, penyuluhan terkait AI dalam lingkup regional, dialog nasional dan regional, serta riset mendalam mengenai AI di seluruh kawasan ASEAN.
 
“Bersama program AI Ready ASEAN, kami berkomitmen demi pemberdayaan generasi muda, guru, hingga keluarga di seluruh kawasan ASEAN untuk memastikan tidak ada yang tertinggal seiring dengan perkembangan AI. Jika kita bekerjasama, kita dapat mengurangi kesenjangan dalam akses teknologi dan memastikan bahwa semua masyarakat di kawasan ASEAN dapat merasakan manfaat AI secara maksimal,” ujar Executive Director ASEAN Foundation, Dr. Piti Srisangnam.
 
Konvensi kebijakan ini diadakan pada waktu yang tepat, mengingat perkembangan AI dan penerapan teknologi digital diperkirakan akan melipatgandakan pertumbuhan ekonomi digital ASEAN dari perkiraan 300 milyar dolar AS menjadi hampir 1 triliun dolar AS pada tahun 2030.

Kebijakan dalam Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN (ASEAN Digital Economy Framework Agreement atau DEFA) diharapkan dapat menggandakan proyeksi angka tersebut, mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 2 triliun dolar AS.
 
Kendati momentum yang tepat, masih terdapat ketimpangan dalam perkembangan AI di kawasan ASEAN. Ketimpangan ini memunculkan berbagai tantangan yang menghambat tujuan ASEAN untuk menjadi pusat AI terdepan, seperti buruknya koneksi internet atau minimnya program literasi digital di berbagai wilayah di kawasan ASEAN.

Ketimpangan ini pun tercermin dalam perbedaan tingkat kesiapan AI di setiap negara anggota ASEAN. Sebagai gambaran, Singapura menempati peringkat pertama di seluruh kawasan ASEAN dan peringkat kedua dari 190 negara di seluruh dunia dalam Indeks Kesiapan AI Pemerintah 2024 (Government AI Readiness 2024 Index), sementara Laos, Kamboja, dan Myanmar yang masih berada pada tahap awal implementasi AI, secara berurutan menempati peringkat ke-136, ke-145, dan ke-149.
 
Indonesia sendiri sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia dan pemimpin ekonomi digital di Asia Tenggara, menjadi pasar potensial bagi teknologi AI. Perkembangan AI yang pesat telah mempengaruhi berbagai industri, termasuk pendidikan, di mana hampir setengah dari siswa Indonesia menggunakan AI untuk tugas akademik mereka guna meningkatkan efisiensi dan kreativitas.
 
Namun, literasi AI di Indonesia masih dalam tahap awal, dengan kesadaran yang meningkat tetapi pemahaman terkait etika dan penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari masih terbatas. Karena itu, edukasi AI menjadi krusial, tidak hanya untuk memperkenalkan teknologi ini tetapi juga untuk memperkuat literasi digital secara keseluruhan.
 
"AI Ready ASEAN hadir sebagai inisiatif strategis untuk meningkatkan pemahaman masyarakat ASEAN tentang penggunaan AI yang bertanggung jawab, sehingga mereka dapat memanfaatkan teknologi ini secara optimal sambil tetap menjunjung tinggi etika dan integritas moral." ujar, Mitra Pelaksana Lokal (LIP) dari Ruangguru Foundation.
 
Dalam makalah yang dirilis Institut Riset Ekonomi ASEAN dan Asia Timur (discussion paper from the Economic Research Institute for ASEAN and East Asia), dipaparkan juga pentingnya menerapkan 'kebijakan untuk menjembatani kesenjangan guna memaksimalkan potensi manfaat AI di kawasan ASEAN.' Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, studi ini merekomendasikan negara-negara anggota ASEAN agar melakukan upaya kolektif, baik di tingkat regional maupun nasional.

Dorongan untuk aksi regional ini sejalan dengan berbagai langkah dan inisiatif yang telah dibahas selama konvensi, dengan bertujuan mempercepat penerapan AI serta meningkatkan literasi AI di antara negara-negara anggota ASEAN.

ASEAN Foundation, dengan dukungan dari Google.org berhasil menyelenggarakan Konvensi Kebijakan Regional pertama dari AI Ready ASEAN di Jakarta.

Redaktur & Reporter : Ridwan Abdul Malik

Facebook JPNN.com Jabar Twitter JPNN.com Jabar Pinterest JPNN.com Jabar Linkedin JPNN.com Jabar Flipboard JPNN.com Jabar Line JPNN.com Jabar JPNN.com Jabar
JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News