Progres Nyamuk Wolbachia di Kota Bandung Baru 19 Persen
Sementara itu, Ketua Peneliti Wolbachia UGM Adi Utarini menyebut bahwa ketikdaberhasilan Pemkot Bandung dalam menjalankan program ini karena banyak masyarakat yang dititipi ember nyamuk tersebut terdampak disinformasi (hoaks).
Kabar palsu tersebut seperti nyamuk Wolbachia yang rekayasa dan berbahaya, hingga nyamuk tersebut bisa berdampak pada penurunan populasi manusia.
Menurutnya, ketika program ini berjalan, banyak 'orang tua asuh' Wolbachia yang kemudian tidak menjaga ember telur nyamuk. Sehingga presentase menetas telur menjadi nyamuk dewasa sangat sedikit.
Saat ini, kata dia, setiap warga yang dititipi sudah mendapat edukasi lebih dan siap menjaga ember nyamuk Wolbachia agar bisa menetas dan meningkatkan populasinya dibandingkan nyamuk lokal.
"Ember dititipinnya berjarak 50-75 meter persegi jarak antar ember, jadi dia fungsinya ada fungsi edukasinya tapi juga ada fungsi monitoring embernya,” ungkap Adi.
Adi menjelaskan, ketika ada program ini di suatu daerah sudah pasti jumlah nyamuk akan bertambah. Namun, berbeda dengan nyamuk lokal, nyamuk jenis ini tidak berbahaya.
Meski demikian, masyarakat dipersilakan jika ingin membunuh nyamuk ketika berada di dalam rumah.
Hal itu tidak dilarang karena memang sulit untuk membedakan mana nyamuk lokal dan mana yang Wolbachia.
Banyak masyarakat yang terkena disinformasi atau berita hoaks mengenai penyebaran nyamuk Wolbachia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News