Progres Nyamuk Wolbachia di Kota Bandung Baru 19 Persen

Senin, 18 Maret 2024 – 16:46 WIB
Progres Nyamuk Wolbachia di Kota Bandung Baru 19 Persen - JPNN.com Jabar
Ilustrasi Nyamuk. Foto: Health

jabar.jpnn.com, KOTA BANDUNG - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa program nyamuk Wolbachia yang dilakukan bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung masih belum optimal.

Padahal penyebaran nyamul Wolbachia ini diharapkan bisa menggantikan nyamuk aedes aegypti yang bisa menularkan penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, dari target 50 persen jumlah nyamuk tersebar, sekarang baru 19 persen.

Adapun uji coba penyebaran nyamuk dilakukan di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. Daerah ini dipilih karena menjadi salah satu kawasan terbanyak terkena penyakit DBD.

”Kalau normal disampaikan tadi enam bulan harus selesai. Tapi karena sempat telurnya tidak banyak jadi nyamuk dewasa, per hari ini masih ada di angka 19 persen. Makanya kami akan tambah lagi telur (nyamuk Wolbachia)," kata Maxi ditemui di Balai Kota Bandung, Senin (18/3).

Ia menuturkan, untuk menurunkan angka kasus DBD penyebaran nyamuk Wolbachia harus mencapai 60 persen. Setelah itu, baru bisa dipasstikan dampaknya satu hingga dua tahun ke depan.

Namun, berdasarkan penelitian target pemerintah ketika program ini jalan maka akan ada penurunan kasus. Artinya, ketika dalam satu kawasan kerap ada 100 ribu orang dalam satu wilayah hanya ada 10 orang saja yang harus terdampak DBD.

"Dengan anggapan populasi Wolbachia ini bisa menggantikan populasi nyamuk yang lokal. Jadi rate per 100 ribu itu itu hanya ada 10 atau di bawahnya. Itu target kita," ungkapnya.

Banyak masyarakat yang terkena disinformasi atau berita hoaks mengenai penyebaran nyamuk Wolbachia.
Facebook JPNN.com Jabar Twitter JPNN.com Jabar Pinterest JPNN.com Jabar Linkedin JPNN.com Jabar Flipboard JPNN.com Jabar Line JPNN.com Jabar JPNN.com Jabar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News