Gibran dan Mahfud Fokus Unjuk Gagasan, Cak Imin Pilih Slepet Jadi Andalan
Mahfud dinilai mampu menjawab pertanyaan sulit yang dilontarkan oleh Gibran menggunakan Helicopter view.
“Pengalaman, keyakinan, track record, jam terbang menjadi salah satu landasan keyakinan publik. Ini yang ditunjukan pada Mahfud. Hal inilah yang membuat netizen mengapresiasi Mahfud dengan ketenangan, jawaban debat yang menggunakan pendekatan rasional dan argumentatif,” ujar Rustika.
Muhaimin secara persentase sentimen mendapatkan porsi yang relatif berimbang antara positif, negatif dan netral. Selama debat, Muhaimin kerap kali menyebut 'slepet' sebagai jargon yang melekat dengan dirinya dan program AMIN.
Tercatat sebanyak 1.152 unggahan memention jargon tersebut dalam perbincangan Muhaimin dan terbukti menjadi istilah yang paling banyak dipake netizen.
Bahkan, dipakai oleh netizen untuk ganti “men-slepet” Muhaimin. Emotion yang paling dominan dalam perbincangan Muhaimin yakni emotion trust sekitar 35 persen, diikuti emosi anticipation sekitar 20 persen.
Muhaimin dinilai cukup rendah hati untuk berkata tidak tahu terhadap pertanyaan dari Gibran mengenai SGIE (State of the Global Islamic Economy).
"Muhaimin dinilai sebagai politisi yang pandai berdiplomasi, mencoba mencari atensi publik dengan narasi perubahan,"
"Di sisi lain netizen masih terbawa dalam euforia debat capres antara Anies dan Prabowo sehingga netizen melihat ada asumsi untuk 'balas dendam' terlihat dalam debat tersebut. Misalnya melalui ungkapan 'anda tidak menjawab pertanyaan saya' atau 'kok gak konsisten'," kata Rustika.
Indonesia Indicator (i2) merilis hasil riset perbincangan di media sosial selama debat cawapres Gibran, Mahfud & Cak Imin dalam rentang waktu 18.00-23.00 WIB.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News