MIliki Energi Primer Melimpah, Pemprov Jabar Serius Optimalkan EBT

Senin, 20 Desember 2021 – 21:55 WIB
MIliki Energi Primer Melimpah, Pemprov Jabar Serius Optimalkan EBT - JPNN.com Jabar
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar Bambang Rianto dalam diskusi media Energi Baru Terbarukan yang digelar Star Energy dan Pokja PWI Gedung Sate di Bandung, Senin (20/12). Foto: Dokumen panitia untuk JPNN

jabar.jpnn.com, KOTA BANDUNG - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) menunjukan keseriusannya dalam mengoptimalkan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Pasalnya, Jabar merupakan wilayah yang memiliki potensi EBT yang sangat berlimpah.

"Jabar memiliki banyak potensi energi primer, kecuali batu bara," ucap Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar Bambang Rianto dalam diskusi media Energi Baru Terbarukan yang digelar Star Energy dan Pokja PWI Gedung Sate di Bandung, Senin (20/12).
 
Bambang menyebutkan, dalam upaya transisi energi dan program zero emisi, Jabar sudah mengantungi rencana umum energi daerah (RUED). Hal tersebut menjadikan Jabar menjadi satu dari sepuluh provinsi yang memiliki RUED.
 
Selain itu, lanjut Bambang, dalam RUED sudah ditetapkan sejumlah target antara lain bauran energi yang pada 2025 penggunaan EBT sudah mencapai 25 persen sementara fosil seperti batubara 24 persen.

"Ini seiring dengan rencana umum energy nasional yang sudah disusun pemerintah. Pada 2050 EBT Jabar mencapai 28 persen, minyak bumi 16 persen, dan batubara 30 persen," ujar Bambang.

Di sisi lain kesiapan penyediaan EBT pada 2050 Jabar lebih dari 138MTOE dan listrik  lebih dari 5000 (4768 KwH) yang berasal dari berbagai sumber energi. Berdasarkan data baseline energi primer ESDM Jabar, pasokan itu datang dari potensi geothermal atau panas bumi di Jabar mencapai 5.924 MW. Namun, Saat ini yang baru termanfaatkan sebagai PLTP baru 1.219 MW. 

Sementara untuk tenaga surya Intensitas Radiasi di Jabar mencapai 2,56 –4,15 KWh/M2, sementara yang termafaatkan sebagai PLTS baru 584 KWp. Adapun sumber energi dari angin dan gelombang laut belum dimanfaatkan secara signifikan, namun sejumlah investor sudah melakukan penjajakan. 
 
Menurut Bambang, transisi energi dari fosil ke EBT belum bisa berjalan optimal dikarenakan faktor regulasi masih menjadi kendala.

"Terkait dengan perizinan dan peraturan dan kewenangannya ada di pusat. Kita sendiri berusaha membantu sesuai dengan kewenangan kita. Jadi perizinan yang sifatnya regional kita bantu," katanya.
 
Kendati demikian, berbagai upaya untuk mengurangi emisi karbon terus dilakukan. Dalam waktu dekat, Pemprov Jabar berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) secara komunal di daerah terpencil atau yang belum teralisir listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). 
 
Bambang menjelaskan, satu tower PLTB ini akan cukup untuk menghasilkan listrik dengan daya 5,5 KiloWatt (Kw). Daya sebesar ini cukup digunakan sekitar enam kepala keluarga. 

"PLTB Komunal itu salah satu kebijakan pak Gubernur. Kita menjalin kerja sama dengan suatu perusahaan sebagai bentuk inovasi sekaligus pelayanan (pada masyarakat)," ujarnya.
 
Di tempat yang sama, Goverment Relation Manager PT. Star Energy Geothermal Bagus Krisna Tandia, mengatakan pihaknya siap menjadi tulang punggung Jawa Barat mengoptimalkan potensi EBT terutama dari sisi pasokan panas bumi.

Pada 2050 EBT Jabar mencapai 28 persen, minyak bumi 16 persen, dan batubara 30 persen
Facebook JPNN.com Jabar Twitter JPNN.com Jabar Pinterest JPNN.com Jabar Linkedin JPNN.com Jabar Flipboard JPNN.com Jabar Line JPNN.com Jabar JPNN.com Jabar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News