Mengenal Sejarah Totopong, Ikat Kepala yang Sering Dipakai Dedi Mulyadi
Salah satu filosofi yang dipercaya adalah sebagai pengikat hawa nafsu untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Totopong juga dianggap sebagai representasi estetika budaya Sunda yang di dalamnya terkandung nilai-nilai tentang kesemestaan, ketuhanan, dan kebenaran.
Beberapa sumber menyebutkan filosofi "Opat Kalima Pancer" yang melambangkan empat unsur alam dan diri manusia dalam iket.
Totopong atau Iket Sunda juga dapat menjadi simbol status sosial dan penghormatan terhadap kedudukan seseorang.
Ragam Bentuk Totopong
Terdapat berbagai macam bentuk atau model Totopong atau Iket Sunda, baik yang tradisional (iket buhun) maupun yang modern (iket kiwari atau praktis).
Beberapa contoh ragam bentuk totopong antara lain:
- Barangbang Semplak: Bentuknya menyerupai dahan kering yang patah, tetapi masih menempel di pohon, bagian atasnya terbuka.
- Julang Ngapak: Bentuknya menyerupai burung yang sedang terbang dengan sayapnya, sering digunakan oleh Lengser dalam acara adat.
- Parekost Jengkol: Bentuk segitiga yang dililit di kepala dengan ciri khas "patuk" atau "cula" di bagian kening, sering digunakan oleh kalangan ningrat.
- Parekost Nangka: Memiliki ciri khas ujung kain yang menjuntai di depan kepala.
- Iket Praktis: Model modern yang sudah dijahit sehingga mudah langsung dipakai.
- Serta model-model lain seperti Maung Leumpang, Candra Sumirat, Makuta Wangsa, Batu Kincir dan Manca Putra.
Itulah tadi pembahasan lengkap tentang Totopong atau Iket Sunda yang kerap kali dipakai Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, semoga bermanfaat (mar7/jpnn)
Mengenal lebih jauh sejarah singkat Totopong atau Iket Sunda yang kerap kali dipakai Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi
Redaktur & Reporter : Yogi Faisal
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News