Komentar Dosen UIKA Bogor Soal Pro-Kontra Larangan Study Tour di Sekolah
“Pertama, panitia harus selektif bagaimana dengan orang tua murid apakah setuju atau tidak? Jika tidak, jangan dipaksakan dan diiming-imingi harus ikut, karena itu merupakan kegiatan yang disepakti bersama,” ujarnya.
Kedua, berikan anak modul untuk study tour, seperti buku atau pedoman sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dari study tour tersebut.
Ketiga, dari segi fisik kelayakan mobil bus, yakni Uji KIR atau serangkaian pemeriksaan, pengujian pada bagian-bagian kendaraan dalam memenuhi syarat teknis dan layak jalan.
“Jangan asal murah. Cari bus yang baik jangan mencari sebuah keuntungan dan mengorbankan siswa,” paparnya.
“Tiga aspek ini penting buat study tour untuk melaksanakan agar apa yang diinginkan itu keinginan bersama, sekolah, orang tua dan siswa,” tutupnya.
Dr. Dedi berharap agar masyarakat di luar sana tidak mencaci maki para guru akibat adanya kecelakaan maut bus yang menimpa anak-anak study tour.
“Guru itu sangat mulia, tanpa jasanya tidak akan ada kami, presiden, dokter dan profesi lainnya. Jangan mencaci guru tidak benar. Untuk para guru semua, hilangkan kesan-kesan masyarakat kepada kita unsur bisnis. Caranya, 3 aspek di atas harus dijalankan dengan baik,” tutupnya. (mar7/jpnn)
Dosen Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Dr. H. Dedi Supriadi, Drs., M.Si berikan komentarnya soal pro-kontra larangan study tour di sekolah. Begini katanya
Redaktur & Reporter : Yogi Faisal
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News