Bertaruh Nyawa di Gedung Pencakar Langit
jabar.jpnn.com, KABUPATEN BOGOR - Tingginya intensitas gempa bumi yang terjadi di Indonesia tentunya tidak bisa dianggap enteng alias dipandang sebelah mata. Pasalnya, gempa bumi yang terjadi di negeri ini kerap kali menimbulkan kerusakan dan kerugian material, hingga korban jiwa.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, di sepanjang tahun 2022 sebanyak 217 gempa bumi tektonik berkekuatan di atas 5 Skala Richter (SR) terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dari data di atas, munculah sejumlah pertanyaan tentang bagaimana tingkat kekuatan bangunan dan gedung-gedung pencakar langit yang ada di Jakarta dalam menahan guncangan gempa yang kerap kali terjadi di Indonesia.
Pengamat kontruksi gedung dan bangunan dari Universitas Ibn Khaldun Bogor, Muhammad Nanang Prayudyanto mengatakan berdasarkan hasil analisis PUPR, setidaknya 31,2 persen bangunan atau gedung-gedung tinggi yang berada di titik pusat lokasi gempa bumi mengalami kerusakan hingga runtuh.
Hal itu tentu menjadi salah satu indikator, rendahnya daya tahan gedung terhadap guncangan gempa bumi.
Kendati demian, tingkat ketahanan sebuah gedung terhadap gempa bumi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kekuatan gempa bumi, lokasi pusat titik gempa, hingga kontruksi gedung itu tersendiri.
Secara umum, setiap gedung terdiri dari tiga bagian penting, yakni pondasi, kontur tanah lokasi gedung itu berdiri, hingga upper structure atau bagian kerangka inti utama gedung yang berperan sebagai penahan dan penghantar getaran.
"Jadi, ketiga bagian gedung ini akan sangat berperan penting dalam menahan guncangan gempa bumi. Tetapi, kembali lagi kita juga harus lihat kekuatan gempa buminya berapa dan lokasi pusat titik gempanya di mana," katanya, Kamis (15/6).
Pengamat kontruksi gedung dan bangunan, Muhammad Nanang Prayudyanto jelaskan soal tingkat daya tahan gedung di Jabodebek terhadap gempa bumi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jabar di Google News